Ramadhan (Part I)

Alhamdulillah sudah enam hari kita berpuasa pada bulan ramadhan tahun ini, terasa cepat ya. Iya, time flies so fast guys. Apa saja yang telah kita perbuat hingga enam hari ini, adakah perubahan? Adakah perbanyak memohon ampun atas segala dosa kepada Allah?  Adakah bertambah keimanan? Adakah berniat untuk menjadi lebih baik lagi ke depannya? Tetap semangat ya, InsyaAllah pada bulan ramadhan tahun ini kita semua diberikan hidayah dan bisa menjadi manusia yang lebih taat, lebih beriman lagi kepada Allah SWT. Dan semoga kita menjadi golongan orang-orang yang bertakwa. Aamiin. 

Ada yang berbeda rasanya bulan ramadhan tahun ini dengan tahun sebelumnya, ya amat sangat berbeda. Ramadhan tahun lalu adalah ramadhan yang akan teringat seumur hidup, akan ku kenang tentang segala perjuangan, tentang segala keikhlasan, tentang kehidupan yang amat terasa sangatlah berat, tentang amat banyak kasih sayang keluarga besar, kerabat, teman-teman dan orang-orang. Tentang di mana keluargaku mendapatkan ujian yang amat sangat berat, dalam kapasitas hidup hingga saat itu. Keadaan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, kehidupan di mana aku rasa kala itu semua adalah mimpi, keadaan yang membuatku berkata-kata dalam hati, “ini mimpi kan Ya Allah? Atau ini memang nyata Ya Allah?”.

Lima hari sebelum bulan ramadhan datang, papa yang kala itu divonis oleh dokter setelah dokter membaca hasil rontgen, papa ternyata menderita sakit, sakit yang tidak pernah ku sangka, mendengarkannya saja mataku langsung berkunang, kepala mendadak pusing, Ya Allah inikah cobaan selanjutnya? Sakit yang menyebutkannya saja, aku tak kuasa. Keadaan papa kala itu duduk di kursi roda  dan sudah lemah. Badanku serasa tak bertulang, aku langsung memeluk papa, dan mataku menetes tak karuan dan seketika ku palingkan wajah yang sudah penuh dengan air mata dari papa. Papa langsung memberikan kode mata bergerak dan alis mata bergerak keatas dan mulut seperti berbicara, “dek apo nak?”. Ingin sekali tegar, tetap memberikan senyuman seperti biasa kepada papa tapi tak berdaya.

Setelah itu, tiga hari sebelum bulan yang penuh rahmat datang. Aku sudah berada di salah satu rumah sakit di kota ini. Bisa dibilang, salah satu tempat, yang di mana tidak pernah terbesit akan berurusan dengan rumah sakit ini, seperti mimpi. Hari itu, semua yang aku takutkan terjadi, atas izin Allah SWT.

Tiba pada akhirnya menjalankan puasa hari pertama di rumah sakit, keadaan yang sangat di luar bayangan. seketika itu aku tersadar, inilah hidup yang penuh dengan kejutan dan kita harus ikhlas, dan serahkan semua kepada Allah. Hari itu, aku hanya tersenyum dan berdoa selalu dalam hati, “Ya Allah jika memang ini jalannya, berikan aku kekuatan untuk melewatinya, jangan biarkan aku putus asa, jangan pernah lepaskan segala pertolonganmu untukku Ya Allah, yang aku butuhkan hanya pertolongan dan kekuatan dari-Mu”. Mataku tidak bisa tertidur, aku hanya bisa melihat dan menjaga papa yang sedang tertidur yang sedang berjuang melawan sakitnya, dan menjaga mama yang setengah tertidur dengan raut lelah di wajahnya. Sahur pertama di rumah sakit, rasanya cuma ingin sahur dengan niat dan seteguk air putih, tapi tidak bisa melihat mama marah. Akhirnya aku makan, makan tapi tidak ada rasanya, yang penting ada yang ditelan. Ingin sekali menangis kala itu, tapi tidak kuasa juga melihat papa mama nanti sedih juga. Sebelum sahur aku bilang sama papa sambil tersenyum tegar, “Pa, dinda mama abang sahur dulu yo pa, besok puasa pa”, papa kala itu mengangguk dan tersenyum.

Waktu berbuka puasa tiba, tidak terasa satu hari sudah terlalui, rasanya hari itu amat sangat lama berjalan. Aku, mama, dan abang berbuka puasa, papa sedang terbaring dan tersenyum melihat kita. Kami mengucapkan selamat berbuka kepada papa secara bergantian, “pa hari ko babuko puaso pertamo, kami babuko dulu yo pa”, kami tersenyum bersama, ya.. tegar, padahal runtuh segala dalam hati.

Yak kan, maunya tegar. Nulis begini, merembes air mata mengingat demi kejadiannya. Kejadian yang bukan rasa satu tahun yang lalu, tapi terasa baru seminggu yang lalu.

Alhamdulillah Ramadhan tahun ini telah tiba dengan segala rahmat-Nya.

Sore itu, aku, mama dan abang saling bermaaf-maafan sembari cium pipi kiri dan kanan. Setelah itu aku berbisik ke udara sembari berkata, “mohon maaf lahir dan bathin pa, rindu”. Bibir tersenyum penuh makna, air di mata ikut penuh juga. Sahur pertama tidak ada papa, ada rasa yang amat sangat bebeda, sepi tentunya dan ada yang kurang. Biasanya ada tawa dan cerita setiap sahurnya, senyum papa masih seperti ada di rumah ini, raga papa seperti masih ada ikut sahur bersama kita, suara papa yang kadang  turun tangan, yang sekali membangunkan, anak-anaknya langsung bangun. Setelah itu aku sadar, tidak ada. Aku berbisik ke udara lagi sembari berkata “pa dinda mama abang, sahur dulu pa, rindu”. Rasanya baru kemarin, padahal benar-benar merasakan sahur bareng papa, ternyata sudah ramadhan dua tahun yang lalu kita benar-benar bersama.

Puasa hari pertama dilalui dengan penuh hikmat dan doa. Hari pertama puasa, aku lebih banyak diam dan mengenang segala kejadian. Sedih. Ya, momen-momen ramadhan adalah momen yang penuh kebersamaan. Sore hari sepulang kantor, aku sampai rumah. Mama sudah memasak banyak macam makanan, dan takjil (pabukoan) belum dibeli. Aku segera pergi beli, dengan tatapan nanar dan gontai pergi beli ini dan itu, rasanya hampa. Biasanya sore sebelum berbuka, aku pergi keliling perumnas ini mencari pabukoan dengan papa, beli ini itu dan sesampai di rumah tidak sadar ternyata terlampau banyak dan semarak. Tapi hari pertama ini aku pergi sendiri, beli ini itu dan ternyata sesampai di rumah banyak dan semarak juga, mama langsung menatap dengan penuh arti. Ya aku sadar, rasa-rasanya rumah ini masih lengkap dengan formasi, dan aku rasa pabukoan ini masih kurang banyak aku beli. Bedug berbunyi, Alhamdulillah satu hari telah berlalu. Dan terasa kembali, ada yang hilang. Senyum dan tawa saat berbuka puasa, menikmati pabukoan bersama-sama, karena biasanya papa yang paling semangat dan kita mengikutinya. Kali ini, aku dengan mama dan abang berbuka puasa sembari menimati pabukoan. Tidak ada yang tahu perasaan kami masing-masing, kita sama-sama bungkam tidak bisa berkata, “berbuka puasa pertama kita hari ini tanpa papa yo ma, bang”. Tapi melihat raut wajah satu sama, kita-sudah sama-sama tahu rasanya. Aku kembali berbisik ke udara dan berkata, “pa dinda mama abang babuko puaso dulu pa, rindu selalu”.

Aku tahu di luaran sana banyak orang ada yang telah merasakan seperti yang aku rasakan sekarang, mungkin juga lebih. Tidak ada maksud apa-apa, hanya ingin sekadar berbagi dan bercerita. Nanti InsyaAllah kalau ada kesempatan aku akan bercerita lebih rinci tentang ramadhanku tahun lalu. Untuk teman-teman yang orang tuanya lagi sakit pada ramadhan tahun ini, tetap semangat ya menjaga beliau dan selalu berdoa untuk kesehatan beliau. Aku juga berdoa semoga orang tua teman-teman yang menderita sakit hari ini, digugurkan segala doa-dosanya, diangkat segala penyakitnya oleh Allah, dan tetap yakin Allah selalu bersama kalian yang bersabar dan ikhlas. Untuk teman-teman yang telah berbeda tempat dengan orang tuanya pada ramadhan tahun ini, bersabarlah. Aku tau berat, tapi harus yakin kita kuat. Semoga kita menjadi anak yang sholeh/sholehah, selalu mendoakan beliau, menjadi anak yang niat  dan usahanya ingin berkumpul lagi dengan orang tuanya yang InsyaAllah sudah di surga, selalu di rahmati oleh Allah SWT. Dan untuk teman-teman yang orang tuanya masih utuh atau tinggal salah satu dari kedua orang tuanya, jagalah orang tua kita, nikmatilah segala momen berharga bulan ramadhan tahun ini. Semoga orang tua kita tetap sehat dan bisa menemani kita hingga menua teman-teman. Yang terpenting lagi, tetap bersyukur dalam segala keadaan.

Selamat menjalankan bulan ramadhan 1440 H teman-teman semua. Semoga segala amal ibadah kita tahun ini di terima oleh Allah SWT, semoga segala dosa-dosa kita yang sebesar langit dan bumi ini di ampuni oleh Allah SWT, semoga kita menjadi orang yang lebih taat lagi dalam beribadah, semoga kita mendapatkan hidayah, semoga kita termasuk golongan orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Aamiin Ya Allah. 

With love, Dinda.


Komentar

  1. kak, ado yang kurang. pas bali pabukoan awak sobok di kadai lotek nita haha.
    semangat kak dinda, sukses selalu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh iyo nak do. Ko dek masih carito hari pertama puasa. Bisuak disambuang caritonyo liak, hari2 berikutnya selalu pergi sama mama dan ketemu si edo di kadai lotek haha
      Thank you, sukses lo untuak edo dik. Semangart.

      Hapus

Posting Komentar